www.satondanews.com,Provinsi NTB menjadi salah satu wilayah yang dipilih oleh UNICEF sebagai lokasi program Better Sexual and Reproductive Health and Right for All in Indonesia II (BERANI II) yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak perempuan Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, H. Sahan,SH saat melakukan audiensi dengan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTB, Rabu (17/01/2024).
H. Sahan, SH menjelaskan, program BERANI II di NTB kerjasama LPA NTB dan UNICEF Tahun 2024 hingga 2026 yang akan fokus pada Pencegahan Perkawinan Anak dan Kesehatan Reproduksi. Wilayah Kerja di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Utara.
Dari tiga kabupaten yang menjadi sasaran, dipilih lima desa dari masing-masing kabupaten sebagai lokus intervensi.
Kepala DP3AP2KB Provinsi NTB, Dra. Nunung Triningsih, MM mengapresiasi LPA NTB yang aktif dalam kegiatan perlindungan thd anak di NTB.
“Kami mengucapkan terimakasih kepada LPA NTB, yg telah mendukung kami dalam program-program pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus thd anak,” tuturnya.
Ibu Nunung mengungkapkan, program seperti ini sangat selaras dengan program pemerintah, khususnya terkait pencegahan perkawinan anak menjadi salah satu fokus dari pemerintah daerah melalui DP3AP2KB Provinsi NTB.
Ia berharap, program ini dapat berjalan dengan lancar, sehingga NTB dapat terbebas dari masalah, perkawinan anak yang menyebabkan tingginya angka Stunting, kematian ibu melahirkan dan kematian bayi, hingga masalah kekerasan dalam rumah tangga.
Perlu diketahui, program BERANI ini sudah berjalan sejak 2018 yang lalu, diinisiasi oleh UNFPA dan UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Kanada dan Bappenas dan NTB menjadi locus pd program BERANI II.
Tujuan dari program BERANI adalah mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan serta kaum muda di Indonesia.
Kaum muda akan memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi dan layanan kesehatan reproduksi melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja serta layanan kesehatan yang ramah remaja (UNALA).
Program ini juga bertujuan untuk mengubah sikap seputar praktik perkawinan anak dan kekerasan berbasis gender, melalui peningkatan fokus pada advokasi, pengumpulan bukti, pengembangan kapasitas dan kemitraan.(Rif/ad)